Korpus Iuteum akan bertahan sekitar 14 hari, kemudian akan menipis dan mati.
Progesteron akan turun; suhu turun; dan endometrium akan mcngalami disintegrasi sehingga terjadilah menstruasi dan lengkaplah satu siklus.
Hari pertama mcnstruasi adalah hari pertama siklus.
Untuk kepcrluan pencatatan, hari-hari selanjutnya diberi nomor namun tidak tcrmasuk hari pcrtama menstruasi berikutnya.
Hari-hari setclah menstruasi merupakan hari-hari yang relatif tidak subur.
Fase subur terjadi di sekitar ovulasi.
Adanya lcndir serviks menandakan mulainya fase subur, karena sperma dapat bcrtahan hidup dalam lendir tersebut untuk menunggu ovulasi.
Setelah ovulasi, kesuburan ditentukan dengan lamanyaovum bertahan hidup dan adanya kemungkinan terjadinya ovulasi kedua dalam 24 jam.
Masa tidak subur setelah ovulasi ditentukan dengan kombinasi temperatur dan lendir kira-kira tiga hari setelah ovulasi.
Hubungan persetubuhan setelah fase setclah ovulasi ini paling aman untuk menghindari kchamilan.
Ciri pada hari pertama sesudah puncak tidak ada lagi pelumasan dan rasa licin pada vulva.
Hal ini disebabkan oleh perubahan-pcrubahan baik dalam serviks maupun vagina bagian bawah, yang keduanya dikendalikan olch hormon.
Lendir menjadi kcring kctika melewati vagina.
Fase Lutea/ ditandai terjadi sejak hari ke-4 sesudah hari terakhir rasa licin pada vul‚ra tertutup dengan gumpalan lendir kental yang menccgah sel-sel Sperma untUk mcmasuki rongga rahim.
Corpus luteum dalam indung telur sedang memproduksi estrogen dan progesteron.
Bila tidak ada kontak kelamin sejak ;wal titik perubahan hingga awal hari kc-4 sesudah puncak, maka sel telur gidak mungkin dibuahi dan akan hancur dalam saluran telur.
Pada hari ke-4 scsudah puncak, sel telur sudah hancur.
Sel-sel Sperma dipastikan tif dak dapat memasuki serviks.
Menstruasi menyatakan akhir siklus biasanya 11-16 hari sesudah ovulasi, dan sekaligus sebagai permulaan siklus yang berikutnya.
Tidak ada lagi gumpalan lendir pada serviks sehingga darah menstruasi dapat mengalir ke luar rahim.
Ovulasi seringkali tcrtunda, misalnya pada waktu sues, selama menyusui, atau pada masa prammopause.
Pengenalan mengenai tidak berubahnya pola tidak subur pada fase praovulasi memberi kebebasan kepada suami-istri untuk melakukan hubungan seksual tanpa menjadi hamil dalam fase praovulasi, panjang ataupun pendek.
Pengertian mengenai pola dasar tidak subur merupukan unsur penting metode ovulasi Billingr.
Pola dasar tidak subur adalah pola yang sama sekali tidak berubah dan diamati dalam waktu paling sedikit dua minggu, contohnya: vulva kering atau pcngeluaran cairan yang tctap sama pada vulva yang disertai kadar estrogen yang tetap rcndah; atau kombinasi keduanya, bila pengeluaran cairan tetap tidak berubah dalam pengamatan selama dua minggu dan diselingi dengan hari-hari kcring.
Pola dasar tidak subur berdasarkan pengcluaran cairan berasal dari vagina.
Bila naiknya kadar estrogen cukup tinggi untuk menimbulkan teaksi pada serviks, maka pola berubah dan menunjukkan kcmungkinan kesuburan.
Naik turunnya kadar estrogen bisa menimbulkan rcaksi mdometrium atau selaput dinding rahim dengan pendarahan.
Progesteron akan turun; suhu turun; dan endometrium akan mcngalami disintegrasi sehingga terjadilah menstruasi dan lengkaplah satu siklus.
Hari pertama mcnstruasi adalah hari pertama siklus.
Untuk kepcrluan pencatatan, hari-hari selanjutnya diberi nomor namun tidak tcrmasuk hari pcrtama menstruasi berikutnya.
Hari-hari setclah menstruasi merupakan hari-hari yang relatif tidak subur.
Fase subur terjadi di sekitar ovulasi.
Adanya lcndir serviks menandakan mulainya fase subur, karena sperma dapat bcrtahan hidup dalam lendir tersebut untuk menunggu ovulasi.
Setelah ovulasi, kesuburan ditentukan dengan lamanyaovum bertahan hidup dan adanya kemungkinan terjadinya ovulasi kedua dalam 24 jam.
Masa tidak subur setelah ovulasi ditentukan dengan kombinasi temperatur dan lendir kira-kira tiga hari setelah ovulasi.
Fase ini akan bcra'khir sampai dimulainya menstruasi bcrikutnya
Fase ini akan bcra'khir sampai dimulainya menstruasi bcrikutnya.Hubungan persetubuhan setelah fase setclah ovulasi ini paling aman untuk menghindari kchamilan.
Ciri pada hari pertama sesudah puncak tidak ada lagi pelumasan dan rasa licin pada vulva.
Hal ini disebabkan oleh perubahan-pcrubahan baik dalam serviks maupun vagina bagian bawah, yang keduanya dikendalikan olch hormon.
Lendir menjadi kcring kctika melewati vagina.
Fase Lutea/ ditandai terjadi sejak hari ke-4 sesudah hari terakhir rasa licin pada vul‚ra tertutup dengan gumpalan lendir kental yang menccgah sel-sel Sperma untUk mcmasuki rongga rahim.
Corpus luteum dalam indung telur sedang memproduksi estrogen dan progesteron.
Bila tidak ada kontak kelamin sejak ;wal titik perubahan hingga awal hari kc-4 sesudah puncak, maka sel telur gidak mungkin dibuahi dan akan hancur dalam saluran telur.
Pada hari ke-4 scsudah puncak, sel telur sudah hancur.
Sel-sel Sperma dipastikan tif dak dapat memasuki serviks.
Menstruasi menyatakan akhir siklus biasanya 11-16 hari sesudah ovulasi, dan sekaligus sebagai permulaan siklus yang berikutnya.
Tidak ada lagi gumpalan lendir pada serviks sehingga darah menstruasi dapat mengalir ke luar rahim.
Kedua indung telur sudah kembali beristirahat
Kedua indung telur sudah kembali beristirahat.Ovulasi seringkali tcrtunda, misalnya pada waktu sues, selama menyusui, atau pada masa prammopause.
Pengenalan mengenai tidak berubahnya pola tidak subur pada fase praovulasi memberi kebebasan kepada suami-istri untuk melakukan hubungan seksual tanpa menjadi hamil dalam fase praovulasi, panjang ataupun pendek.
Pengertian mengenai pola dasar tidak subur merupukan unsur penting metode ovulasi Billingr.
Pola dasar tidak subur adalah pola yang sama sekali tidak berubah dan diamati dalam waktu paling sedikit dua minggu, contohnya: vulva kering atau pcngeluaran cairan yang tctap sama pada vulva yang disertai kadar estrogen yang tetap rcndah; atau kombinasi keduanya, bila pengeluaran cairan tetap tidak berubah dalam pengamatan selama dua minggu dan diselingi dengan hari-hari kcring.
Pola dasar tidak subur berdasarkan pengcluaran cairan berasal dari vagina.
Bila naiknya kadar estrogen cukup tinggi untuk menimbulkan teaksi pada serviks, maka pola berubah dan menunjukkan kcmungkinan kesuburan.
Naik turunnya kadar estrogen bisa menimbulkan rcaksi mdometrium atau selaput dinding rahim dengan pendarahan.
Comments
Post a Comment